Korelasi Pendidikan Agama Kristen dan Pembentukan Pribadi Unggul Peserta Didik Berdasarkan 2 Korintus 4: 1-6
DOI:
https://doi.org/10.38189/jtbh.v5i2.202Keywords:
Pribadi Unggul, 2 Kor.4, 1-6, SMP Pelita Bangsa BandungAbstract
Pembentukan pribadi seorang anak pertama kalinya didapatkan di dalam keluarga, jadi melalui pendidikan di sekolah lebih menambahkan pembentukkan serta pengetahuan dalam memantapkan pribadinya. Sebab di sekolah seorang anak belajar dalam tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik, kerjasama, bertanggung jawab, menghargai dan bahkan untuk mengenali dirinya. Realitanya siswa belajar tidak memiliki keunggulan dan keunikan secara pribadi tetapi sebaliknya prestasi siswa menurun, tidak melakukan kewajibannya sebagai siswa untuk belajar dan tidak mengenal dirinya sendiri. Berdasarkan Wawancara yang dilakukan oleh pengamat pada tanggal 17 Februari 2020, kepada Ibu Sita Lombantoran S.Pd., kepala sekolah SMPK Pelita Bangsa Bandung, ada beberapa yang menjadi masalah di sekolah SMPK Pelita Bangsa Bandung yaitu sebagai berikut: Pertama kurangnya tenaga pendidik Pendidikan Agama Kristen, dalam jenjang SMP siswa mulai mempertajam kepercayaannya kepada Tuhan, sehingga seorang siswa sangatlah membutuhkan seseorang yang dapat siswa teladani, sebab kurangnya tenaga Pendidikan Agama Kristen akan sulit bagi siswa untuk mempelajari Pendidikan Agama Kristen dengan sendirinya tanpa bantuan dari gurunya, siswa akan beranggapan bahwa pengetahuan tentang Tuhan yang telah didapatkannya sudah benar tetapi sebenarnya pengetahuannya akan Tuhan masih perlu dipertajam, dengan adanya tenaga pendidik Pendidikan Agama Kristen maka siswa tersebut akan ditegur, diperbaiki kesalahannya, dan dididik dalam kebenaran
References
Referensi
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2017), 52.
Sumardi Subrata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2010), 79.
B. S. Sidjabat, Membangun Pribadi Unggul Suatu Pendekatan Teologis Terhadap Pendidikan Karakter (Yogyakarta: Andi Offset, 2011), viii.
Marjorie. L, Keluarga Sebagai Pusat Pembentukan Sebuah Visi Tentang Peranan Keluarga Dalam Pembentukan Rohani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012), 13-14.
Bambang Marsono, Kegetiran & Nasehat Ibu Menjadikan Kita Sukses & Bahagia
(Jakarta: Anggota Ikapi, 2011), 152
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis Anak, Remaja, dan Keluarga (Jakarta: Libra,
, 139.
Hendra Surya, Jadilah Pribadi Yang Unggul Sebuah Solusi Mengembangkan Diri dan Keterampilan Menolak (refusal/ skill) Narkoba (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2010), 100.
Agustinus Hermino, Asesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan (Jakarta: Anggota Ikapi, 2013), 4.
Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
, 54.
Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007), 398.
Benyamin. Samuel, Perjanjian Baru Sejarah, Pengantar dan Pokok-Pokok Teologisnya (Bandung: Bina Media Informasi, 2010), 134-135.
Matthew Henry, Tafsiran Matthew Henry Surat Roma, 1 & 2 Korintus (Surabaya: Momentum, 2015), 867
Witness Lee, Pelajaran Hayat 2 Korintus (1) (Surabaya: Yasperin, 2020), 6.
Herman Madjan, Diktat Kuliah: Hermeneutik, Semester 2, Bogor: Sekolah Tinggi Kadesi Bogor, 2017, 13.
Eka Darmaputera, Takkala Allah Melawat Umat-Nya (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
, 82.
J. Knox Chamblin, Paulus dan Diri ajaran Rasuli bagi keutuhan pribadi (Surabaya: Momentum Christian Literature, 2006), 8.
Avery T. Willis, Truth That Sticks (Kebenaran yang Melekat): Menyampaikan Kebenaran yang Melekat, dengan menceritakan Alkitab (Yogyakarta: Katalis, 2017), 124.
Charles F. Pfeiffer, The Wyclife Bible Commentary Tafsiran Alkitab Wycliffe volume 3 Perjanjian Baru (Malang: Gandum Mas, 2001), 676.
Roy B. Zock, A Biblical Theology Of The New Testament (Malang: Gandum Mas,
, 294.
Getut Pramesti, Kupas Tuntas Data Penelitian dengan SPSS 22 (Jakarta: Elex Media,
), 49.